Harga CPO Malaysia mencapai titik tertinggi sepanjang masa, yang jatuh pada pertengahan Mei tahun ini. Kenaikan harga CPO yang mencapai RM 4.794/ton dipengaruhi oleh demand dan supply. Namun, tidak lama kemudian
terjadi fluktuasi harga yang besar sehingga mengacaukan ekspektasi pasar. Di halaman berikut kami membahas tren harga CPO selama 4 kuartal terakhir serta katalis penggerak harga tersebut.

Analisis Q3 2020
Pelonggaran lockdown di negara
konsumen minyak nabati seperti
Tiongkok yang telah pulih terlebih
dahulu memicu peningkatan demand dan
ekspor sawit. Harga CPO naik 22% pada
Q3 2020, dari RM 2,400/ton menjadi
RM 2.921/ton.
Analisis Q4 2020
Tren naik berlanjut dengan peningkatan harga
CPO sebesar 34% dari RM 2.921/ton ke
RM 3.905/ton. Tren ini didukung antisipasi
industri atas naiknya tarif pungutan ekspor
Indonesia.
Mulai munculnya keberhasilan vaksinasi
dan berbagai macam stimulus di Q4 juga
membantu memberikan sentimen positif
terhadap pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Analisis Q1 2021
Harga CPO terkoreksi sekitar 11% selama 3
minggu pertama Januari akibat kekhawatiran
atas ekspor Malaysia yang turun 42% pada
paruh pertama bulan Januari.
Kemudian dalam 2 bulan harga CPO naik 18%
sampai RM 4.110/ton didorong mengetatnya
supply minyak nabati lain seperti kedelai dan
sunflower akibat kekeringan di Amerika, Brazil,
dan Ukraina.
Analisis Q2 2021
Rally harga berlanjut hingga pertengahan Mei dimana
harga CPO mencapai titik tertinggi sejak 2012 di RM
4.794/ton.
Namun dalam waktu 1 bulan, harga CPO telah jatuh
28% kembali ke level Januari di RM 3.473/ton karena
kekhawatiran atas demand dari India yang turun akibat
menyebarnya varian delta Covid-19 serta membaiknya
prospek cuaca dan produksi minyak kedelai yang
merupakan substitusi minyak sawit.
Analisis Q3 2021
Dalam 6 minggu terakhir (30 Juli 2021), harga CPO
sedang dalam tren naik dengan peningkatan lebih
dari 30% ke level RM 4.620/ton didorong oleh
beberapa katalis sebagai berikut :
• Penurunan skema tarif pungutan ekspor sawit
oleh Indonesia.
• Pada akhir Juni 2021, India memperbolehkan
impor produk olahan CPO (refined palm oil)
selama 6 bulan ke depan, dimana status impor
diubah dari sebelumnya restricted menjadi free.
India juga menurunkan pajak impor CPO dari
35,75% menjadi 30,25% pada tanggal 30 Juni
selama 3 bulan. Penurunan tarif impor tersebut
mendorong demand CPO dari India sehingga
menyebabkan harga meningkat.
• Kebijakan dari India dan Indonesia tersebut
mendorong ekspor CPO di level harga yang
relatif tinggi.
• Kekhawatiran atas produksi yang lebih rendah
di Malaysia karena kekurangan tenaga kerja
terkait kasus Covid-19 menyebabkan ekspor
sawit Malayasia turun sebesar 7,7% MoM pada
bulan Juli menjadi 1,43 juta ton.
Proyeksi Harga CPO Kedepan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa rally harga CPO saat ini adalah dampak jangka
pendek dari kebijakan impor India. Harga CPO diperkirakan akan menurun setelah usainya kebijakan impor
India pada akhir September yang juga merupakan waktu panen tahunan terbesar sawit sehingga supply akan
melimpah. Perkiraan harga CPO pada akhir Q3 adalah RM 3.800 atau USD 900/ton, turun 20% dari level
akhir Juli.