Saldo BPDPKS Diprojeksi Mencapai Level Tertinggi Sejak Dibentuk

Meskipun sempat menghadapi masalah kecukupan dana pada akhir tahun 2020 silam, saldo BPDPKS diprojeksi melebihi Rp 33 Triliun pada akhir tahun 2021, tertinggi sejak terbentuknya BPDPKS. Hal ini menandakan
keberhasilan program B30 yang kelanjutannya sempat diragukan.

Kecukupan Dana BPDPKS Tahun 2021

Dalam Rp Triliun

Proyeksi Saldo BPDPKS tahun 2021 mencapai Rp 33,25 Triliun

Dana kas BPDPKS yang pada awal tahun 2021 ini hanya berjumlah Rp 9,23 triliun diproyeksi akan meningkat
3,6 kali lipat menjadi Rp 33,25 triliun pada akhir tahun. Padahal hanya satu tahun lalu di kuartal keempat
2020 dana BPDPKS habis dan kelanjutan program B30 diragukan bukan hanya oleh dunia internasional
namun juga pihak lokal.

Peningkatan saldo secara drastis ini disebabkan oleh :

  • Tarif pungutan ekspor progresif dengan batas atas USD 255/ton yang berlaku sejak
    Desember 2020 hingga Juni 2021. Lalu meskipun skema tarif PE diturunkan sejak bulan
    Juli sehingga batas atas tarif PE menjadi USD 175/ton, tarif tersebut masih jauh lebih
    tinggi dari pungutan ekspor tahun sebelumnya yang hanya pada kisaran USD 50-55/ton.
  • Peningkatan volume ekspor sawit pada tahun 2021 karena ketatnya pasokan minyak
    nabati global, sehingga penggunaan sawit sebagai substitusi turut naik, meningkatkan
    permintaan global.
  • Rata-rata harga CPO yang 50% lebih tinggi pada tahun 2021 (RM 4.181/ton)
    dibandingkan rata-rata tahun 2020 (RM 2.781/ton) sehingga menyebabkan tarif PE
    selalu di batas maksimal.

Proyeksi Pungutan Kuartal Keempat

Proyeksi pungutan ekspor Kuartal keempat
didasarkan oleh tren bahwa volume ekspor di
Kuartal keempat secara musiman lebih rendah dari
volume ekspor di Kuartal ketiga karena negara Eropa
dan Tiongkok lebih memilih impor soft oils seperti
minyak kedelai dan minyak bunga matahari pada
musim dingin. Permintaan besar yang datang dari
festival Diwali India yang berakhir di bulan Oktober
juga telah terpenuhi di Kuartal ketiga, menurunkan
prospek ekspor Kuartal keempat.

Peningkatan permintaan ekspor Kuartal keempat
akan datang dari Tiongkok yang akan me-restock
minyak nabati nya untuk keperluan hari raya Imlek
tahun 2022 mendatang. Jadi secara volume, ekspor
di kuartal keempat diperkirakan menurun, namun
masih tertahan di level Rp 4,5-4,8 triliun.

Proyeksi Pendapatan Kuartal keempat

• November : Berdasarkan proyeksi bahwa harga
CPO akan turun dalam jangka pendek namun
masih dalam kisaran RM 4.900-5.000/ton
dan harga Minyak Brent yang akan meningkat
ke USD 85/bbl, maka insentif BPDPKS
diperkirakan sebesar Rp 5.400/L. Dengan
asumsi volume penyerapan FAME sebesar
766.667 KL, maka kebutuhan dana BPDPKS
sebesar Rp 4,14 triliun.

• Desember : Berdasarkan proyeksi harga CPO
yang akan turun ke sekitar RM 4.700/ton dan
harga Minyak Brent yang meningkat ke USD
90/bbl, insentif BPDPKS diperkirakan akan
menurun ke sekitar Rp 5.000/L. Maka kebutuhan
dana akan berkurang menjadi Rp 3,83 Triliun.
Dengan asumsi selisih diatas, kecukupan dana
BPDPKS pada akhir tahun diperkirakan sebesar
Rp 33,25 Triliun.

Leave a Reply

Your email address will not be published.