Analisa Kinerja Ekspor Sawit Indonesia

Kinerja Baik Ekspor Produk Hilir Tidak Diimbangi oleh Produk Hulu

Volume Ekspor Produk Hulu Menurun Drastis

Pada periode Januari hingga Oktober 2021, volume
ekspor produk sawit Indonesia meningkat 12% dari
periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 33,6
juta ton. Hal ini disebabkan oleh pemulihan demand
dari gelombang pertama pandemi yang kembali
menghidupkan sektor HoReCa, sumber utama
demand sawit. Sementara nilai ekspor Indonesia
juga meningkat drastis sebesar 73% menjadi USD
27,7 juta akibat rekor harga CPO yang dicapai di
tahun 2021.

Tren yang dapat dilihat dari ekspor sawit Indonesia
pada tahun 2021 adalah phasing out dari ekspor
bahan mentah sawit seperti CPO dan CPKO

yang disebabkan oleh perubahan skema tarif
pungutan ekspor sejak bulan Desember 2020
yang mendukung ekspor produk hilir dengan tarif
pungutan ekspor yang lebih murah.

RBD Palm Olein adalah produk yang mengalami
peningkatan volume terbesar pada tahun 2021,
sebesar 3 juta ton. Peningkatan ini didukung
tarif PE yang hanya sebesar USD 131/ton, 25%
lebih rendah dibandingkan tarif PE CPO yang
sebesar USD 175/ton. Hal lain yang menyebabkan
peningkatan permintaan untuk produk ini yaitu
karena kegunaannya sebagai produk pangan,
terutama untuk sektor HoReCa dimana terjadi
pemulihan demand dibandingkan pada tahun 2020.

CPO. Keunggulan kompetitif dalam segi harga
ini juga dilengkapi dengan kegunaan yang luas
karena RBD Palm oil merupakan produk turunan
pertama dari CPO yang bisa diproses menjadi
berbagai macam produk turunan lainnya.
Volume ekspor RBD Palm oil meningkat 44%
atau hampir 2 juta ton menjadi 6,4 juta ton.

• Cangkang Kernel Sawit adalah produk yang
88% volume nya di ekspor ke Jepang sebagai
bahan baku pembangkit listrik tenaga biomassa.
Demand Jepang terhadap produk ini telah
meningkat secara konsisten sejak tahun 2017
dan kembali mencatat peningkatan 28% pada
periode ini seiring maraknya dorongan global
dalam transisi ke energi bersih.

• Sejalan dengan tren menurunnya ekspor
produk hulu, volume ekspor CPO atau produk
paling hulu dari sawit tengah mengalami
penurunan drastis sebesar 59% atau 3,5 juta
ton pada periode Jan-Okt tahun ini menjadi
hanya 2,4 juta ton di urutan keempat, padahal
pada tahun-tahun sebelumnya CPO selalu
menempati posisi kedua untuk volume ekspor
sawit Indonesia. Faktor lain yang mendukung
berkurangnya ekspor CPO yakni peningkatan
penyerapan program biodiesel domestik yang
pada saat sekarang sejalan dengan target 9,2
juta KL, dibandingkan hanya 8,4 juta KL pada
tahun 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published.