Konsumsi energi yang terus meningkat mendorong pemerintah dan industri untuk melakukan diversifikasi energi termasuk ke produksi HVO atau Hydrotreated Vegetable Oil yang merupakan kualitas diesel yang tertinggi. Saat ini bahan bakar bioenergi yang banyak digunakan secara luas adalah fatty acid methyl ester (FAME) atau biodiesel.
HVO merupakan Renewable diesel yang diproduksi melalui proses hidrogenasi dan hydocracking dengan menggunakan hidrogen.

Produk utama dari HVO dapat disebut debagai green diesel. Pabrik HVO atau biorefinery mampu menghasilkan produk yang bervariasi mulai dari biofuel hingga biokimia yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia.
Saat ini produksi HVO diproduksi secara masif dibeberapa negara seperti Finlandia, Belanda, Singapura, US, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Produksi HVO menggunakan hydrogen sebagai katalis pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Dengan menggunakan proses ini produk HVO disebut sebagai drop in fuel karena dapat mensubtitusi bahan bakar konvensional tanpa memerlukan adaptasi mesin dan sistem bahan bakar, dan jaringan distribusi. Disisi lain bahan bakar HVO memiliki karakteristik rasio antara H dan C yang sama seperti bahan bakar diesel konvensional.

Salah satu kelebihan dari produksi HVO adalah dapat menggunakan berbagai macam feedstock seperti minyak nabati, kedelai, jagung, kelapa sawit, limbah, dll. Di Asia, Singapura dapat dijadikan benchmark dalam pengembangan HVO dengan kapasitas 28.8 kbpd. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi HVO karena Indonesia memiliki ladang sawit yang besar sebagai jaminan untuk keberlanjutan pasokan bahan baku.

Tantangan dalam Pengembangan
Salah satu tantangan dalam pengembangan bahan bakar HVO adalah biaya investasi yang mahal. Apabila melihat grafik biaya produksi teknologi Hydroprocessed Esters and Fatty Acids atau HVO rata-rata biaya produksi di atas harga baseline fossil jet. Berdasarkan report yang dikeluarkan oleh IEA, bahwa biaya investasi HVO berkisar antara USD
3.3 – 16.5 per MWh, dengan biaya feedstock USD 44 – 66 per MWh. Apabila membandingkan biaya produksi dengan teknologi lain, HVO merupakan teknologi yang paling murah. Dengan melihat permasalahan harga ini, diperlukan instrument kebijakan yang tepat atau insentif untuk mendorong penggunaan bahan bakar berbasis HVO.
