
Kelapa sawit memiliki tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bahan baku lain untuk membuat biodiesel. EU menganggap bahwa perkebunan dan produksi kelapa sawit di Indonesia merusak ekosistem, padahal tatakelola kehutanan saat ini menunjukkan tren yang positif. Hal ini ditunjukan dari penurunan angka

deforestasi di Indonesia. Di periode 2018-
2019 angka deforestasi mencapai 465,5 ribu
ha, sedangkan di periode 2019-2020 angka
deforestasi turun 74% atau sejumlah 115,5 ha.
Upaya peningkatan perkebunan sawit dapat
menunjukan bahwa kelapa sawit tidak merubah
ekosistem hutan. Selain itu, Saat ini pemerintah
juga sedang menggalakkan program replanting
yang ditujukan untuk peremajaan kebun dan
pemulihan lahan hutan.
Menuju Net Zero Emission dengan HVO
Emisi gas CO2 merupakan isu utama dalam penggunaan bahan bakar yang dapat menyokong lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak lingkungan adalah penggunaan teknologi diantaranya menggunakan methane capture.
Berdasarkan Bioresource Technology Reports bahwa tingkat emisi CO2 dari kelapa sawit cukup tinggi. Penggunaan teknologi methane capture mampu mengurangi emisi CO2 hingga 60% sehingga emisi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan bahan baku lainnya.
Keuntungan produksi HVO adalah dapat menggunakan berbagai macam bahan baku. Berdasarkan kriteria EU penggunaan bahan baku dari residu dapat mengurangi tingkat emisi CO2 60%. Indonesia memiliki potensi yang besar akan biomass dan by product dari pengolahan kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku seperti POME yang produksinya mencapai 28.7 juta ton. Agar memenuhi kriteria EU, perlu adanya strategi untuk memastikan agar tidak terjadi biodiversity loss dan mengurangi emisi gas CO2 yang tinggi dengan pemanfaatan teknologi.

Salah satu kontribusi CO2 terbesar dari bahan baku kelapa sawit adalah pada saat melakukan proses pengolahan CPO. Karena pada proses ini banyak gas methane yang terlepas ke udara. Neste telah mengembangkan teknologi untuk mengurangi emisi methane. Teknologi yang digunakan adalah Belt filter press system. Sistem ini menggunakan proses solidliquid separation dengan melewatkan bahan baku pada sepasang filter pada sistem roller. Keluaran dari proses ini berupa press cake dalam bentuk padatan,
sehingga potensi methane yang akan terlepas ke
udara akan menjadi lebih kecil. Neste melakukan
pengembangan ini di Indonesia dan Malaysia,
dengan melihat potensi di kedua negara tersebut
bahwa sekitar 70% produksi kelapa sawit tanpa
menggunakan methane reduction. Jika teknologi
pengurangan emisi ini diimplementasikan, maka
emisi GHG akan berkurang sekitar 4,5 juta ton per
tahun atau setara dengan mengeliminasi 1,6 juta
mobil.