Menjadikan Sawit Sebagai Bagian dari Energi Primer Untuk Pembangkit Listrik

Konsumsi energi yang semakin masif mendorong pemerintah untuk terus melakukuan diversifikasi energi. Berdasarkan data RUPTL PLN 2021 – 2030 jumlah penjualan listrik meningkat hingga 4,9%. Dibutuhkan tambahan jaringan transmisi dan kapasitas pembangkit baru sebesar 47,7 ribu kms dan 40,6 Gw. Tambahan pelanggan hingga tahun 2030 diproyeksikan mencapai 24,4 juta jiwa.

Tingginya permintaan akan listrik ini memerlukan energi tambahan yang sustainable. Salah satunya yang berasal dari EBT. Salah satu sumber EBT yang saat ini dapat dioptimalkan adalah minyak sawit. Potensi sawit yang melimpah merupakan peluang untuk memasukkan sawit ke RUPTL PLN agar porsi EBT dapat meningkat. Kondisi saat ini EBT dari pembangkit listrik tenaga air menjadi penyumbang listrik tertinggi.

Berdasarkan Roadmap pengembangan EBT hingga
tahun 2030 pembangkit listrik yang berasal dari
PLT EBT base hanya 4,8%. Padahal potensi untuk
meningkatkan EBT ini sangatlah besar. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan sawit sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan listrik yang juga dapat dimulai
dengan proses co firing. Saat ini telah dilakukan
pengembangan pembangkit listrik biogas (PLTBg)
dengan menggunakan bahan bakar POME.
Pembangkit listrik ini merupakan kerjasama antara
PTPN V dan BPPT. PLTBg ini memiliki kapasitas 700 KW dengan biaya investasi Rp. 27 Miliar.

Melihat ke dua negara tersebut. Pengembangan
sawit menjadi pembangkit listrik memiliki pro
dan kontra tersendiri. Bagi negara Jepang sawit
merupakan komoditas yang penting untuk mengisi bahan baku pembangkit listrik tenaga biomassa.
Jepang bukan merupakan negara penghasil sawit.
Namun, Jepang melihat potensi akan kemudahan
memperoleh bahan baku dari sawit yang diimpor
dari Indonesia dan Malaysia. Semakin masifnya
penggunaan bahan baku sawit memunculkan
banyak petisi yang melarang penggunaan sawit.

Sehingga Jepang diminta untuk melakukan
perubahan regulasi insentif terhadap penggunaan
bahan baku sawit untuk pembangkit. Berbeda
dengan Malaysia, Malaysia merupakan negara
penghasil sawit seperti Indonesia. Prinsip yang
digunakan oleh Malaysia adalah memanfaatkan
peluang dari limbah pengolahan CPO untuk
menghasilkan listrik. Malaysia memasang fasilitas
biogas untuk menyerap gas methane yang terlepas ke udara padahal memiliki manfaat untuk energi yang besar.