Embargo minyak AS & Inggris atas Rusia mengejutkan pasar yang tengah menghadapi kondisi Supply yang ketat. Apakah dunia dapat menghadapi pasar tanpa minyak Rusia?

Signifikansi Ekspor Minyak Rusia
Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Saudi Arabia. Rusia mengekspor 47% atau sekitar 4,8 juta barel per hari dari 10,1 juta barel per hari minyak yang diproduksi pada tahun 2021. Mayoritas ekspor minyak mentah Rusia tertuju ke negara OECD Eropa, yang menerima 49% dari total ekspor Rusia. Namun pada tingkat negara, Tiongkok mengimpor volume terbesar dari Rusia, sebesar 30% dari total ekspor minyak Rusia pada tahun 2021.
Banyak negara Eropa yang ragu untuk memberikan sanksi kepada ekspor energi Rusia karena
ketergantungan yang tinggi pada Rusia sebagai salah satu supplier utama. Hanya AS dan Inggris yang telah mengumumkan larangan terhadap impor minyak dari Rusia. Bahkan tanpa sanksi formal terhadap sebagian besar komoditas Rusia, pedagang dari Barat semakin berusaha menghindar, waspada terhadap risiko hukum.
Namun jika sanksi atas perdagangan komoditas Rusia meningkat, Rusia perlu menemukan tujuan baru untuk produk ekspornya termasuk minyak mentah dan para importir besar perlu mencari minyak pengganti di tempat lain.
Ke mana Rusia Dapat Mengalihkan Penjualannya?
Negara tujuan alternatif utama untuk ekspor minyak Rusia adalah Tiongkok, dan hubungan antara Rusia dan Tiongkok dapat diperkuat karena perang ini. Sekitar 15% impor minyak mentah Tiongkok berasal dari Rusia, menjadikan Rusia sebagai pemasok minyak mentah terbesar keduanya, tepat setelah Arab Saudi.
Importir minyak terbesar ketiga dunia, India juga dilaporkan berencana untuk membeli minyak Rusia dengan harga diskon. India mengimpor 80% kebutuhan minyaknya, tetapi biasanya hanya membeli sekitar 2-3% dari Rusia. Namun dengan harga yang sangat tinggi dan inflasi domestik yang meningkat, India lebih baik membeli minyak murah dari Rusia.
Penggunaan RMB Tiongkok dalam Perdagangan Minyak Global
Perang Rusia-Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan telah menimbulkan pertanyaan tentang kegunaan USD. Negara seperti Arab Saudi dan India dilaporkan telah mengikuti Rusia dalam rencananya untuk memperdagangkan minyak menggunakan RMB, bukan USD.
Adanya pemblokiran Rusia dari sistem perbankan
global SWIFT juga turut memperkuat posisi
Tiongkok sebagai mitra dagang utama Rusia. Sejak
tahun 2013 Rusia telah mengubah cadangan
devisa nya, mengurangi dominasi dolar AS dan
meningkatkan porsi cadangan emas dan RMB
Tiongkok nya.
Hubungan keuangan dan ekonomi antara Tiongkok
dan negara-negara yang terkena sanksi tentu akan
menguat jika negara-negara tersebut hanya dapat
mengakumulasi cadev nya di Tiongkok dan hanya
membelanjakannya di sana.
Mata uang RMB Tiongkok naik sebanyak 0,4% menjadi
6,3460 per dolar, terbesar sejak 31 Desember setelah
outlet berita The Wall Street Journal melaporkan
pembicaraan antara Tiongkok dan Arab Saudi.
Telah terjadi banyak spekulasi bahwa Tiongkok
akan memperluas penggunaan globalnya dalam

perdagangan komoditas karena mendapat manfaat
dari de-dolarisasi yang dipercepat oleh perang Rusia-
Ukraina. Tiongkok telah memulai kontrak minyak
mentahnya sendiri di Shanghai pada 2018 yang
memungkinkan penentuan harga minyak dalam yuan.
Namun jika negara-negara pembeli tidak ingin lebih banyak kontrol atas asset luar negeri mereka, maka peralihan denominasi perdagangan RMB adalah cara terburuk untuk melakukannya. Akun modal tertutup Tiongkok berarti bahwa perdagangan dalam denominasi RMB memerlukan izin dari pemerintah Tiongkok.
