Peningkatan harga minyak nabati secara drastis di awal tahun paling berdampak negatif bagi India sebagai importir minyak nabati terbesar dunia
Ketergantungan Masif India Terhadap Impor Minyak Nabati

India adalah importir terbesar minyak nabati dengan perkiraan total impor pada periode 2021/22 sebesar
13.88 juta ton. Impor minyak nabati India terutama terdiri dari 3 jenis minyak nabati yaitu 56% minyak sawit, 26% berupa minyak kedelai, dan 17% berupa minyak sunflower. Namun karena adanya hambatan supply besar dari negara-negara produsen utama ketiga minyak nabati tersebut seperti program DMO sawit Indonesia, kekeringan yang menurunkan produksi kedelai di Brazil & Argentina, serta perang Rusia- Ukraina yang menambah ketidakpastian supply minyak sunflower, India adalah yang paling terpukul dengan perkembangan peristiwa baru-baru ini.

Pada pertengahan Februari 2022, India kembali memotong bea masuk untuk produk mentah sawit, membuat bea efektif turun dari 8,25% menjadi 5,5% dan memperpanjang masa berlakunya hingga 30 September 2022. Pengurangan pajak tersebut seharusnya berakhir pada 31 Maret. Ini adalah kelima kalinya India memotong bea masuk minyak nabati sejak Agustus 2021. Dorongan untuk menurunkan bea masuk minyak nabati mentah selain harga tinggi adalah untuk meningkatkan margin kilang penyulingan domestik.
Ini adalah langkah yang disambut baik guna menurunkan harga CPO domestik tetapi dinilai tidak cukup untuk mendukung industri penyulingan domestik. Badan Industri SEA telah meminta untuk meningkatkan selisih antara pajak produk mentah dan turunan menjadi 11% agar kilang domestik dapat beroperasi ekonomis. Saat ini selisih antara produk mentah dan turunan sawit hanya sebesar 8,25%.
Sebagai akibat dari rendahnya selisih pajak antara produk mentah dan turunan sawit, Impor produk sawit olahan India dari Nov 2021 – Jan 2022 telah melonjak 13 kali Yoy menjadi 215.000 ton dan diperkirakan akan terus meningkat, menciptakan rintangan lain bagi pemerintah.
Porsi Impor Minyak Sawit dalam Impor Minyak Nabati India

Aliran perdagangan minyak nabati India telah
berubah secara signifikan sejak peningkatan harga
CPO yang dimulai pada Q4 2021. Karena harga
beli minyak sawit di India diperkirakan sama atau
melebihi harga minyak lunak lainnya yang biasanya
lebih mahal, maka pasar India yang tergolong
sensitive terhadap harga cepat untuk beralih kepada
minyak lain seperti minyak kedelai dan sunflower.
Importir India biasanya lebih memilih minyak lunak
jika marjin biayanya kurang dari $80-$100/mt
dibandingkan kelapa sawit.
Porsi minyak sawit dalam impor minyak nabati
India telah menurun karena harga yang tinggi.
Minyak sawit biasanya menyumbang 60% dari
impor minyak nabati India, tetapi sejak November
jumlahnya hanya sekitar 50-60%.
Meningkatnya Pembelian Minyak Kedelai dari AS
Gabungan peristiwa supply yang ketat dari minyak sawit Indonesia, Sunflower Ukraina, dan Kedelai Argentina dan Brasil, serta harga minyak nabati yang capai rekor sepanjang sejarah telah mendorong India untuk mengalihkan pembelian minyak nabatinya ke AS, dengan pembelian yang sejauh ini tercatat sebesar 100.000 ton minyak kedelai.
India biasanya mendapat dua pertiga kebutuhan kedelainya dari Argentina, dan sisanya dari Brasil. Tapi penurunan produksi kedelai pada musim panen lalu telah memperketat stok kedelai di Argentina, memaksa pembeli India untuk mencari alternatif, seperti minyak sunflower dari wilayah Laut Hitam. Namun karena adanya perang Rusia-Ukraina, India terpaksa harus kembali mengalihkan pembeliannya.