Karena ketatnya supply minyak nabati global akibat kondisi luar biasa masing-masing negara produsen utama, negara konsumen seperti Tiongkok dan Eropa harus mencari alternatif lain seperti dari produksi domestik dan cadangan pemerintah untuk Tiongkok dan peralihan dari BBN untuk Eropa.
Terbatasnya Supply Global Menyebabkan Impor Minyak Nabati Tiongkok Menurun

Proyeksi impor minyak nabati Tiongkok periode 2021/22 pada bulan Maret 2022 ini menurun dibandingkan proyeksinya pada bulan Desember 2021 lalu. Sebelumnya hanya volume impor minyak rapeseed (-31%) yang diproyeksi menurun drastis pada periode ini, sedangkan volume impor produk lainnya mencatat peningkatan (minyak sawit +6%; minyak sunflower +33%) yang dapat membantu sebagai pengganti ditengah ketatnya supply minyak rapeseed, terutama minyak sunflower.
Namun dengan adanya DMO sawit Indonesia supply menjadi sangat terbatas sehingga mengurangi impor minyak sawit Tiongkok (-7%). Impor minyak sunflower Tiongkok juga menurun 10% pada forecast Maret ini dibandingkan Desember lalu akibat ketidakpastian penjualan dari Ukraina.
Volume Produksi Minyak Kedelai Tiongkok
Dalam 000 ton

Produksi Domestik Bantu Ringankan Dampak
Konflik Rusia-Ukraina
Impor minyak nabati Tiongkok menurun cukup
besar, namun konsumsi terbesar Tiongkok adalah
pada minyak kedelai yang diproduksi dalam negeri (43% konsumsi minyak nabati domestiknya).
Meskipun perkiraan produksi minyak kedelai
menurun karena kurangnya supply kedelai dari
Amerika Selatan, namun supply domestik terjamin,
dengan melimpahnya cadangan pemerintah yang
akan masuk ke pasar dan perkiraan peningkatan
luas tanam kedelai musim ini.
La Nina yang diproyeksi akan berakhir pada bulan
April 2022 ini juga menambah harapan kembalinya
impor kedelai Tiongkok dari Amerika Selatan.
Eropa Negara Bagian Paling Terdampak oleh Hilangnya Sunflower Ukraina

Berdasarkan data dari USDA, terdapat 2 pergerakan besar pada impor minyak nabati Eropa. Yang pertama adalah menurunnya proyeksi impor sawit sebesar 9% karena adanya DMO di Indonesia, dan yang kedua adalah hilangnya impor minyak sunflower dari Ukraina yang diperkirakan sebesar 13%. Namun dampaknya diperkirakan akan lebih signifikan oleh
Fediol, asosiasi industri minyak nabati dan makanan protein Uni Eropa, yang mengatakan bahwa sekitar 200.000 ton minyak sunflower per bulan telah berhenti dikirim ke pelabuhan EU.
Meskipun produksi minyak sunflower EU sendiri
diperkirakan meningkat 2%, hilangnya impor dari
Ukraina yang banyak digunakan sebagai produk
pangan menjadi minyak goreng panganyang
dikemas dalam botol akan berdampak langsung ke level konsumen. Antara 35% dan 45% minyak bunga matahari yang diproses di EU berasal dari Ukraina, dan hingga saat sekarang masih tidak terdapat solusi langsung untuk memitigasi gangguan produksi dan penjualan pada minyak sunflower.
Pangsa Pasar Konsumsi Minyak Nabati EU
Dalam 000 ton

Sebagai minyak nabati yang dikonsumsi terbanyak ketiga di Eropa, minyak sunflower adalah opsi yang sering digunakan pada sektor hotel, restoran dan katering (Horeca).
Bahkan saat ini Fediol telah mengakomodasi kriteria labeling pada produk pangan yang banyak mengganti resepnya dari minyak sunflower ke minyak rapeseed yang pada awalnya dimaksudkan untuk diproses sebagai bahan baku biodiesel.