Ketatnya supply minyak nabati yang menyebabkan harga pada awal tahun 2021 mendorong perhatian pasar kepada prospek produksi dari minyak sawit, kedelai, dan sunflower serta bagaimana level produksi kedepan akan
memengaruhi harga minyak nabati.
Hal yang perlu diantisipasi kedepannya adalah peningkatan produksi CPO Indonesia pada semester
II/2021 yang diperkirakan akan mendorong produksi sawit Indonesia pada tahun 2021 diatas 52 juta ton.
Peningkatan produksi minyak sawit Indonesia terjadi diakibatkan umur pohon yang telah memasuki masa
produktif serta kebijakan peremajaan kebun sawit rakyat oleh pemerintah RI.
Sedangkan produksi Malaysia diproyeksikan tetap stabil dan bahkan menurun ke kisaran 18 juta ton akibat
krisis kekurangan tenaga kerja. Namun, rekor produksi sawit Indonesia akan mampu menekan harga CPO ke
depan, sehingga harga diproyeksikan akan menurun ke kisaran RM 3.800/ton.
Faktor yang mempengaruhi harga minyak kedelai
• Produksi kedelai diperkirakan meningkat 4% menjadi 60,3 juta ton pada tahun 2021 didukung oleh
peningkatan area tanam. AS dan Brasil diproyeksikan menjadi yang paling ekspansif untuk melayani
kebutuhan kedelai Tiongkok meskipun Tiongkok akan meningkatkan penanaman kedelai nya kedepan.
• Impor minyak kedelai dari India dapat berkurang karena harga yang mahal serta pemotongan pajak
impor sawit India yang akan mengalihkan demand dari minyak kedelai.
• Cuaca pada daerah penanam (Brazil, Argentina, AS) sangat berdampak pada pergerakan harga pasar
terutama karena cuaca buruk akhir-akhir ini yang mengetatkan supply.
• Penggunaan biodiesel : Argentina akan menurunkan tingkat pencampuran biodiesel berbasis minyak
kedelai dari 10% menjadi 5%. Dengan peraturan baru ini, Argentina dapat menambah 500 ribu ton
volume yang bisa diekspor.