Ekspor produk sawit Indonesia tahun 2021 mencatat peningkatan volume 4% menjadi 39,37 juta ton, dan mencapai rekor nilai tertinggi, naik 57% menjadi USD 33,05 juta.
Rekor Ekspor Sawit Tahun 2021 – Phasing Out
Ekspor Produk Mentah
Tahun 2021 merupakan tahun penuh rekor bagi Industri sawit Indonesia. Karena harga CPO yang mencapai rata-rata tahunan tertinggi sepanjang sejarah di RM 4.430/ton, meningkat 59% dari rata-rata harga tahun 2020 yang hanya sebesar RM 2.781/ton, Nilai ekspor sawit turut mengalami peningkatan 57% atau sebesar USD 12 juta. Sedangkan volume ekspor produk sawit hanya meningkat 4% atau 1,6 juta ton.
Tren utama dari ekspor sawit tahun 2021 adalahphasing out dari ekspor produk mentah sawit akibat
tarif Pungutan Ekspor yang lebih mahal dari produk turunanya. Hal ini merupakan skema rancangan BPDPKS guna mendukung hilirisasi industri sawit domestik untuk mendapatkan nilai tambah lebih.
RBD Palm Olein kembali menduduki peringkat pertama dan mencatat peningkatan volume terbesar di tahun 2021. Naiknya volume didukung oleh tarif PE Olein yang hanya sebesar USD 131/ton, 25% lebih rendah dibandingkan tarif PE CPO yang sebesar USD 175/ton. Peningkatan 2,6 juta ton tersebut juga disebabkan oleh keserbagunaannya sebagai produk pangan. Negara tujuan utama ekspor Olein adalah Tiongkok, Pakistan, dan Bangladesh.
Volume ekspor RBD Palm Oil meningkat 1,9 juta ton pada tahun 2021. Produk turunan pertama CPO ini memiliki keunggulan karena dapat diproses menjadi berbagai macam produk lainnya. Tarif pungutan ekspor RBD Palm oil juga lebih rendah daripada Olein sehingga membantu meningkatkan daya tarik produk, hanya USD 121/ton, 31% lebih rendah dari tarif PE CPO. Negara tujuan utama ekspor RBD Palm oil adalah Pakistan, Spanyol, Malaysia, dan AS.
Cangkang Kernel Sawit adalah produk yang
pembeliannya didominasi oleh Jepang sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga biomassa. Jepang telah secara konsisten meningkatkan pembelian produk ini sejak tahun 2017 dan pada tahun 2021 ekspor cangkang kernel sawit meningkat 26% atau 800 ribu ton dimana 86% nya masuk ke Jepang.
Bungkil dan residu padat lainnya dalam bentuk
digiling/pellet atau bentuk lainnya adalah produk
yang umumnya digunakan sebagai bahan pakan
ternak. Sebagai contoh, Bungkil sawit dipakai
hingga 70% pada ransum pakan ternak sapi karena kandungan protein, serat kasar, dan lemaknya yang berperan besar pada pertumbuhan ternak. Negara tujuan utama ekspor bungkil sawit adalah Selandia baru, Belanda, dan Tiongkok; negara yang memiliki industri peternakan besar.
Ekspor CPO menurun 65% atau sekitar 4,7 juta ton pada tahun 2021, mencatat penurunan produk ekspor paling drastis dan menurunkan CPO ke peringkat ke-6 pada tahun 2021, dari peringkat ke-2 di tahun sebelumnya. Tarif pungutan ekspor CPO yang tinggi (USD 255/ton pada H1 dan USD 175/ ton pada H2 2021) adalah alasan utama menurunnya ekspor produk ini. Penurunan volume ekspor CPO juga disebabkan karena India sebagai pembeli
utama CPO Indonesia mengalami gelombang Covid yang dasyat sehingga memperlambat industri penyulingan domestik mereka.
Ekspor RBD Palm Stearin hanya meningkat 1% di
tahun 2021 menjadi sebesar 2,2 juta ton. Produk
ini biasanya digunakan untuk margarin karena
karakteristiknya yang padat dalam suhu ruangan.
Negara tujuan utama ekspor Stearin adalah
Tiongkok dan AS.
Ekspor Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) mengalami peningkatan 31% atau 360 ribu ton di tahun 2021 lalu. Produk ini adalah hasil residu dari pemrosesan CPO dan dapat digunakan sebagai energi baru terbarukan dalam produksi biofuel serta untuk lilin, sabun, dan produk oleokimia lainnya. Ekspor PFAD terutama tertuju ke Belanda dan Spanyol karena UE memperhitungkan konsumsi PFAD terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca di kebijakan RED.